Posts

Showing posts from February, 2019

"Terkadang"

Terkadang gue iri, ketemu cowok yang putih. Gue merasa mungkin dia berhasil mengambil banyak hormon ibunya, sehingga kulitnya bisa putih seperti perempuan. Atau juga karena dia hidup di dalam AC. Eh maksudnya tempat tinggal dan lingkungan kerjanya di ruang ber-AC terus-terusan yang katanya bisa memutihkan kulit. Terkadang gue iri, ketemu cowok yang ganteng. Gue merasa mungkin ketika dia masih dalam kandungan, ibunya berusaha menikmati film-film korea sambil berdoa anaknya bisa setampan artis korea. Atau juga karena dia Allah berikan anugerah wajah yang tampan untuk bisa menjadi artis. Terkadang gue iri, ketemu cowok yang kaya. Gue merasa mungkin dia berhasil menemukan satu doraemon di dunia ini dan dia merawatnya dengan baik-baik sehingga dia bisa minta apa saja langsung terwujud. Atau juga karena dia beruntung bahwa di bawah rumahnya   ada harta karun terpendam yang tidak semua orang tahu selain mereka satu keluarga. Dan, bisa mereka gunakan kapan saja untu...

"Ada Siapa Dibelakang"

Image
     Jam setengah sebelas malam gue pulang kerumah. Setelah ngajak nongkrong adek gue dan menjadi pendengar yang baik cerita-cerita dia tentang kuliah dan cowok-cowok yang ia kagumi di kampus.       Sebagai kakak yang baik hati dan soleh, gue siap menjadi penonton setia ketika adik-adik gue menceritakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah gue simak dengan baik, apalagi gue catat. Gak penting.      Sampai di rumah, gue langsung ke kamar gue di lantai atas. Gue cuci kaki, karena kaki gue telah berjalan dengan beban banyak dosa dimuka bumi ini. Gue cuci muka karena banyak debu-debu mantan dijalanan yang nempel muka gue. Gue cuci baju, karna baju kotor gue dikamar udah numpuk. Ehh salah. Pria goblok mana yang mau nyuci baju tengah malam.      Setelah itu, gue gak milih langsung tidur. Karena gue lagi penasaran se-penasaran-penasarannya rasa penasaran tentang film seorang pengidap autis yang menjadi dokter be...

"MAS PENJUAL BAKSO"

Image
“Berapa satu porsi mas…” gue. “sepuluh ribu mas…” mas penjual bakso. “ohh iyaa, sebentar mas…” gue meninggalkan mas penjual bakso.      Gue melangkah masuk ke dalam kantor yang ngurusin pencairan uang jaminan kerja gue selama setahun kemaren setelah berhenti dari pekerjaan itu. Kurang lebih 15 menit urusan gue di dalam kantor itu selesai. Gue keluar dari kantor itu dan menuju gerobak bakso yang gue temui tadi. “siji mas (satu porsi mas)…” gue tanpa basa basi. Mas penjual bakso melihat gue dengan serius dan sedikit bingung. “opo mas (apa mas) ?” gue senyum lebar. “jowo toh ?” tanya mas penjual bakso. “jowo mas. Suroboyo…” gue. “loh, kok bedo yoo ?” si mas heran. “bedo yoopo (beda bagaimana) ?” gue ketawa. “koyok duduk wong jowo. tampilane (seperti bukan orang jawa, penampilannya)…” kata mas penjual bakso. “lah, yoopo nek tampilane wong jowo (lah, bagaimana tampilannya kalo orang jawa) ?” gue heran sambal ketawa. “bedo (beda) mas… heheh...