"HARI KETUJUH"

Tak terasa sudah hari ketujuh Oma berpulang kepada sang Maha Pengasih dan Maha Penayang. Ia telah mendahului kami sang anak cucu dan sanak saudara keluarga di berbagai kota untuk tetap bertahan di dunia yang sedang tidak baik-baik saja. 

Tak terasa sudah hari ketujuh Oma tidak lagi bisa kami lihat wajahnya. Tak lagi bisa kami mendengar suaranya. Dan tak lagi bisa kami ajak bercanda tawa yang menjadikan perasaan kami teduh atasnya. Ia mungkin telah lebih bahagia melihat taman-taman surga yang Allah janjikan kepada hambaNya yang beriman. Aamiin yaa rabbal Allamin. 

Tak terasa sudah hari ketujuh Oma membawa aku pada ingatan-ingatan kasih sayang yang ia berikan kepadaku. Ia telah purna tugas dari pekerjaan membesarkan aku sejak usia 2 tahun hingga menjadi seperti saat ini. Barangkali kalian yang sudah membeli dan membaca buku "10% Manusia" bisa memahami peran Oma dalam kehidupanku untuk tumbuh dan berkembang dalam hidup ini bersama Opa (suami oma lebih dulu berpulang tahun 2012). 

Barangkali tuhan memang merencanakan amalan paling baik untuk menjaga Oma dan Opa dalam perjalanan dunia akhiratnya dengan mendidik seorang anak laki-laki untuk menjadi orang yang baik dan bermanfaat di dunia. Sebab selalu aku ingat sebuah ucapan Oma kepada aku setiap kali aku tergelincir melakukan kesalahan ;

1.  "Kamu jangan nakal! Jangan bikin malu keluarga loh ya.."

Ucapan ini menjadikan aku manusia yang tumbuh dengan garis-garis batasan dalam berkehidupan di dunia. Dan jika aku melakukan kesalahan, seringkali aku bersedih hingga menangis di tempat yang tidak ada orang lain melihat. Mungkin hal ini menjadi informasi bahwa aku sebenarnya cengeng kalo berbuat salah atau gagal dalam suatu hal, hanya tidak pernah aku tampilkan di depan umum. Hehehe. Kemudian,

2.  "Ojo macem-macem koon! Durung dadi wong kok macem-macem.." dalam bahasa Indonesia artinya "Kamu jangan macam-macam, kamu belum jadi manusia (berpenghasilan dan bermanfaat) kok macem-macem (maunya).."

Ucapan ini mendorong aku untuk bersegera melepas ketergantungan dari keluarga. Bahkan jika aku mengingat perjalanan hidup aku, hampir tidak pernah aku meminta uang untuk menginginkan sesuatu kepada keluarga. Aku selalu berusaha mencari uang sendiri. Bahkan sering minjem uang ke teman-teman dekat dan baik namun tentunya selalu aku selesaikan tuntas perihal tersebut. Aku paham betapa mengerikannya seseorang manusia memiliki hutang jika kemudian dirinya meninggal dunia, maka ia tidak mendapatkan surga selama masih memiliki hutang. Naudzubillahi min dzalik. Jadi ingat hutang-hutang setelah menulis bagian ini. Hehehe. InsyaaAllah dilunasi kok setelah ini. 

 ---

Oma berpulang pada hari Senin, 26 Juli 2021 pukul 14.35 WITA kemarin. Dan aku memutuskan untuk pulang pada tempat Oma dikebumikan di kota Luwuk Banggai Sulawesi Tengah. Meskipun pada akhirnya hanya bisa menyaksikan kayu nisan dan kuburnya. Sebab adanya pembatasan aktifitas dan persyaratan ketat untuk bisa melakukan perjalanan di masa pandemi kali ini, aku baru bisa mendapat penerbangan pada hari Kamis 28 Juli 2021. 

Setibanya di Luwuk, aku langsung dibawa Om aku menuju kuburan Oma. Ia sangat mengetahui bagaimana Oma terhadap aku, begitupun sebaliknya bagaimana aku terhadap Oma. Ia juga sepertinya sangat tahu bahwa aku memiliki penyesalan di hari-hari sebelum Oma sakit berusaha menghubungi aku namun aku tidak mengangkat telpon Oma. Sungguh hal ini menjadikan tangis kesedihan aku tidak tertahan di hari kepergian Oma hingga malam harinya. 

Sekitar 20 menit perjalanan, tibalah kami di kubur Oma yang dikuburkan sangat dekat dengan tepi jalan kendaraan kami parkir. Baru satu langkah kaki aku turun dan menuju kubur Oma, tumpah ruah air mata ini dan nafas menjadi tidak karuan. Terisak-isak tangisan aku di atas kuburnya. Gemetaran tangan aku memegang kayu nisan bertuliskan nama Oma. Aku masih tidak percaya bahwa orang yang membesarkan aku telah tiada. Semua ingatan kasih sayang oma kepadaku seolah-olah hadir kembali dan semakin menjadikan tangisan aku lebih kencang. Waktu sekitar pukul 13.30 saat itu. Dan aku mungkin seperti seorang laki-laki gila berisak tangis di atas kuburan pada siang hari yang sangat terik. Aku tidak peduli. Om aku membiarkan aku mencurahkan semua perasaan tangisku di tempat itu. Ia pun bisa merasakan rasa kehilangan aku saat itu. Hingga sekitar 30 menit, akhirnya aku membaik. Aku meredakan tangisku. Aku mengangkat tangan untuk mendoakan Oma. Nyatanya dalam berdoa pun aku terus meneteskan air mata. Benar-benar aku telah kehilangan seorang ibu dalam separuh perjalanan hidup aku. Allahumaghfirlaha Warhamha Waafiha Wafuanha. 

Kami akhirnya pulang kerumah dengan selama perjalanan aku berusaha menahan air mata yang masih ingin keluar dari kantungnya. Aku tidak bisa merasakan apa-apa hari itu. Bahkan keramaian jalan kota terasa sangan sepi. Sungguh aku ingin berada dalam pelukan dan dekapan seseorang namun tidak bisa.  

---

Selama hampir sebulan di Luwuk tinggal di rumah, Oma dijaga oleh tante Dija dan tante Eda. Mereka adalah seseorang yang telah menjadi bagian keluarga menjaga rumah om dan tante aku ketika bekerja sehari-hari ataupun saat keluar kota. Kepergiaan Oma ternyata juga menyebabkan pecah tangis mereka pada saat itu. Mereka bercerita Oma sangatlah baik dan perhatian kepada mereka. Oma suka sekali memberikan uang kepada tante Dija dan tante Muma. Dari uang yang ia miliki entah uang pribadinya atau pemberian mingguan dari Om aku. Sebenarnya mereka sudah terus berusaha menolaknya, akan tetapi Oma justru marah kepada mereka jika tidak diambil dan menjadikan Oma uring-uringan malas makan dll. Perihal memberi ini juga selalu Oma lakukan saat ada keluarga lainnya datang ke rumah menemuinya. Apalagi kalo yang datang anak-anak kecil (cucu, ponakan dll). Ia sangat senang untuk memberikan uang yang ia miliki kepada mereka. 

Begitupun terkait makanan, seringkali Oma menyimpankan makanan (disembunyikan) untuk tante Dija atau tante Eda jika ada makanan enak dibelikan Om atau tante di rumah. Hehehe. 

---

Aku sungguh belum memberikan sesuatu berharga apapun untuk Oma semenjak aku bisa bekerja dengan memiliki penghasilan selain aku cukup hadir berada dekat dengannya. Sebab setiap kali aku mau memberikan sesuatu, oma selalu menolak. Ia justru meminta aku untuk memberikan sesuatu itu kepada ibu aku saja. Ibu aku lebih penting katanya. Padahal untuk ibu, aku tentu dan pasti sudah mendahulukan kebutuhan dan keinginannya. Tapi Oma, nyatanya tidak pernah ingin aku berikan sesuatu. Ia cukup bahagia dengan aku yang sehat dan sudah bekerja dengan baik.  

Begitulah Oma. Begitulah cintanya. Ingatan baik untuk dirinya dalam tulisan ini. 


Innalillahi Wainna Illaihi Rojiun. 

Allahumaghfirlaha Warhamha Waafiha Wafuanha (untuk Oma) 

Allahumaghfirlahu Warhamhu Waafihi Wafuanhu (juga untuk Opa)




Comments

Popular posts from this blog

"MENDUA TIDAK MASALAH"

"HELLO 2025, SIAPA AKU ?"

"KESEMPATAN DAN INTEGRITAS"