"GORENGAN"

Sejak beberapa bulan belakangan gue memutuskan hubugan dekat gue dengan si "gorengan". Meskipun kita terus bertemu setiap hari di hampir semua tempat, di jalanan, dan di situasi keadaan dingin sendu rindu, gue berusaha untuk tidak lagi mencintainya. Uhh. 

Seperti sebuah lagu milik bang haji Rhoma Irama "dulu aku suka padamu, dulu aku memang suka. Yaa yaa yaa. Sekarang ku tak mau tak mau tak tamu tak mau tak mau tak. Ku tak mau botak.." ehh loh (?)

Dari lebih dari 137 juta penduduk laki-laki di Indonesia, gue yakin bahwa bukan hanya gue satu-satu lelaki yang meninggalkan si "gorengan". Sebab ia adalah sesuatu yang sangat disukai dan dicintai oleh semua kalangan usia laki-laki, perempuan ataupun kalangan yang tidak mau mengkonfirmasi jenis kelaminnya. Bahkan mungkin juga sampai ke kalangan hantu-hantu, ada yang menikmati "gorengan". Ya. Mungkin aja. Bisa jadi.  

Mulai dari si "gorengan" yang bernama Bakwan, si "gorengan" bernama Tahu Isi, bernama Tahu Bulat, bernama Tempe, bernama Cireng, bernama Ubi, bernama Singkong, bernama JOMLO. Eh. Kalo yang terakhir bukan nama "gorengan" tapi nama nama gue selama beberapa tahun lalu. Memalukan. Menyedihkan. Jomlo.   

Masih ada lainnya yang bernama Pisang goreng, Molen, Kentang, Donat, Cakwe dan masih banyak si "gorengan-gorengan" lainnya. Coba kalian kalo memiliki nama gorengan yang belum gue sebut, boleh tulis di kolom komentar ya. Hehehe.  

Sesungguhnya si "gorengan" memang begitu nikmat untuk dinikmati dan candu, namun sebagai lelaki yang makin kesini melihat ke perut yang nampak mulai maju tidak terkontrol, akhirnya gue mencoba untuk memperbaiki proporsi perut itu. Salah satunya meniggalkan konsumsi makanan-makanan yang tidak ramah perut. Hehehe. Tentunya juga dibarengi mulai rutin olahraga jogging ringan selama 1 jam pada pagi hari. 

Sejujurnya "gorengan" tidak bersalah, yang salah adalah kita-kita yang berlebihan memakannya karena emang beneran enak. Coba kalo kita bisa mengontrol makan gorengan cukup sekali (1 biji) dalam sebulan. Jika merasa sulit mungkin dimulai jadi sekali per dua minggu. Masih sulit juga, sekali dalam seminggu. Sulit juga, sekali dalam tiga hari. Tetap sulit, yaudah coba sekali dalam sehari. KALO INI MAH GAK MENGURANGI SAMA SEKALI MAS RAMA!

Pokoknya intinya gitu.

Jadi "gorengan" ini dengan segala kenikmatannya, kita harus bisa mengontrol konsumsinya. Lagian sudah jelas hampir semua dokter atau tenaga kesehatan lainnya juga menyatakan si "gorengan" ini jahat terhadap tubuh kita. Sebaiknya memang harus kita tinggalkan kalo mau menjaga kesehatan dan menciptakan body goals terhadap diri sendiri. 

Ya meskipun banyak juga dokter dan tenaga kesehatan mencintai (banyak makan) "gorengan" juga. HAHAHA. 

Memang sulit melupakan Reyhan (gorengan). Karena ia akan selalu ada di dekat kita. Coba deh kalian keluar rumah jalan dikit ke tempat keramaian, pasti bakalan nemu gorengan. Atau mungkin di lemari makan kita, ada "gorengan" tahu dan tempe. 

Hanya ada satu, di dunia ini yang disebut "gorengan" tapi masaknya gak di goreng. 

Indomie goreng instan. 

Udah. 

Jadi ini, karna gue gak nemu paraghraf penutup untuk tulisan tentang "gorengan" ini. Makanya gue tutup dengan indomie goreng instan. Makanan pokok anak kosan. 

Jangan lupa makan indomie goreng akhir pekan ini. Salam sehat. 


#$%@^&(*_+)!





Comments

Popular posts from this blog

"MENDUA TIDAK MASALAH"

"HELLO 2025, SIAPA AKU ?"

"KESEMPATAN DAN INTEGRITAS"