LEBARAN KALI INI (2023)
Bagian I
Alhamdulillah.
Gue bersyukur terlebih dahulu
karena bisa merayakan lebaran idul fitri yang ke 28 kalinya selama gue hidup.
Lebih dari itu, gue bersyukur lebaran kali ini bisa menambah keluarga baru yang
memperluas tali silaturahmi antara keluarga gue dan keluarga sang Istri si
paling bersih banget dan punya banyak pamali dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Sumpah ini serius.
….
Pada tanggal 12 Februari 2023 kemarin
gue akhirnya menikahi seorang perempuan sunda dari Kabupaten Garut. Pernikahan
gue dengan istri ini sebenarnya sedikit membuat keluarga gue kaget sebab sama
sekali tidak ada diantara keluarga gue yang memiliki hubungan darah,
kekeluargaan ataupun kenalan dari sunda (Jawa Barat).
Keluarga gue sendiri terdiri dari
suku Jawa Timur (Surabaya, Madiun, Malang, Nganjuk. Krian), beberapa
diantaranya Jawa Tengah & Gorontalo. Artinya dengan kehadiran istri gue
yang dari sunda (Jawa Barat), maka lengkap sudah gue mempunyai rumah keluarga
dari timur ke barat Jawa. Gue bisa tinggal milih mau lebaran di mana. Surabaya,
Solo, atau Garut atau ketiganya. Bisa gini, hari pertama & kedua lebaran di
Garut. Kemudian hari ketiga & keempat lebaran ke Solo, selanjutnya hari
kelima & keenam lebaran di Surabaya atau sebaliknya. Jelas wilayah ini
lebih efisien daripada harus terbang ke Gorontalo atau ke Banggai Sulawesi
Tengah jika tanpa di sponsori oleh RANS Entertaiment atau Juragan 99. Untuk
sekali jalan pulang–pergi bersama istri kesana, kami bisa langsung puasa 3
bulan berturut-turut (baca = kehabisan duit). Hahaha.
….
Kembali ke lebaran kali ini.
Lebaran kali ini gue & istri memutuskan untuk merayakannya di Garut bersama
keluarga Istri selama 3 hari kemudian kami ke Surabaya untuk merayakan lebaran
bersama Ibu dan keluarga gue.
Awalnya kami berencana untuk
menggunakan mobil pribadi milik om dari istri gue ataupun punya bapaknya (istri
yang minjem) namun ada kekhawatiran kondisi mobil yang kurang baik untuk
perjalanan jauh, kami membatalkan rencana tersebut. Dan akhirnya kami
menggunakan bus eksekutif antar provinsi yang masih tersedia rute Bandung ke
Surabaya.
….
Lebaran kali ini di Garut.
Seperti biasanya gue seorang lelaki dari Jawa Timur masih dalam upaya
mempelajari bahasa sunda sering ‘haha hihi’, bengong dan goblok saat keluarga
istri menggunakan bahasa sunda dalam komunikasi. Kalo ukuran bahasa Inggris gue
bener-bener masih Amateur banget dalam Bahasa Sunda. Bahasa Inggris juga
sih sebenernya. Hahaha.
Kamus Bahasa Sunda baru yang gue catet
sejauh ini :
- Kumaha = Gimana
- Entos = Sudah/cukup
- Gelis = Cantik
- Kasep = Ganteng (ini gue banget)
- Kela = Tunggu
- Talu = menyerah
- Asep Stroberry = INI
NAMA RUMAH MAKAN KHAS SUNDA
Rasanya sih gue pasti bisa dengan
cepat bercakap-cakap menggunakan Bahasa sunda, sebab bakalan lebih sering
pulang ke Garut daripada ke Surabaya dengan pengeluaran yang lebih besar. Mari
kita lihat berapa lama, gue bakalan benar-benar menjadi seorang A’a kasep
pisan. Awokawokwk.
….
Gue dan istri akhirnya melakukan
perjalanan menuju Surabaya dengan bus pagi pukul 08.00 dari Garut, tiba di Surabaya
pukul 03.30 dini hari (18 jam perjalanan). Selama perjalanan panjang tersebut gue
lebih banyak dengerin ceramah (tsah!) & tidur. Berbeda dengan istri gue,
yang gue lihat lebih banyak menatapi jalanan seperti bermuhasabah diri
mengingat dosa-dosa kesalahan yang pernah ia lakukan selama hidup. Subhanallah.
Sepertinya sih gitu. Hahaha.
Di Surabaya, gue dan istri
memilih tinggal di rumah punya om gue yang ia beli namun hanya sesekali
ditinggali ketika ia ataupun keluarga gue lainnya berada di Surabaya. Karena
jarang ditinggali, rumah itu menjadi sedikit berantakan dan kotor sehingga
butuh kerjakeras untuk merapikan dan membersihkannya. ITU YANG GUE LAKUKAN. NGEBABU.
Demi istri gue si paling bersih biar betah dan bisa bertahan selama di
Surabaya. Gak lucu kalo tiba-tiba dia kabur dari rumah menjadi gembel di jalanan
Surabaya gara-gara gak betah di rumah.
Selesai
ngebabu, mandi, dandan tjakep, gue tentunya membawa istri gue ke rumah ibu. Kemudian
bersama ibu dan ponakan (anak almarhuma kakak) untuk ziarah ke kubur bapak. Hal
paling menarik adalah Ibu yang penuh semangat memperkenalkan istri gue ke
setiap tetangga yang dilalui selama berjalan keluar gang-gang menuju mobil.
Kebiasaan ibu. Sebelumnya pasti gue yang perkenalkan ke tetangga dan terjadi
berulang kali setiap gue pulang ke Surabaya. Kali ini
giliran istri gue yang di promosikan. HAHAHA.
….
Gue persingkat.
Dari Surabaya kami menuju Krian sekitar 1 jam. Tempat bapak dimakamkan sesuai dengan keinginannya sebelum wafat. Dari cerita keluarga, bapak memang bertumbuh di daerah sini semasa kecil hingga remaja, bahkan saat berpindah ke Surabaya bapak masih sering pulang dan pergi Krian – Surabaya. Alhamdulillah jika pada akhirnya bapak kembali disini di akhir hayatnya. Duh. Kok agak sedih menulis bagian ini ya (?). Semoga Tuhan mengampuni dosa-dosa bapak dan memberikan tempat terbaik disisi-Nya. Aamiin
....
Dari Krian, kami langsung memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan ke Madiun. Ada Tante, Om dan banyak keluarga gue lainnya di sana.
Sepanjang perjalanan menuju Madiun, entah mengapa gue mengingat
Opa & Oma. Gue inget saat Opa & Oma gue masih dalam keadaan sehat dan
kuat pada masanya, gue sering dibawa dengan motor Tornado GX melakukan
perjalanan dari Madiun ke Surabaya untuk bersilaturahmi keluarga. Dulu, perjalanan
Surabaya ke Madiun atau sebaliknya ditempuh sekitar 3 - 4 jam perjalanan. Saat
itu gue bersama istri, ibu dan ponakan menggunakan mobil ternyata durasi waktu
yang kami tempuh untuk sampai Madiun masih sama, 3 – 4 jam (LAH KIRAIN BEDA). Sebenarnya
bisa lebih singkat jadi 2 jam jika menggunakan jalan ToL. Hehehe.
....
Pukul 19.30 akhirnya kami tiba di Madiun.
Orang yang paling bersemangat pas tiba adalah ponakan gue
Firman. Sebab ia bisa bertemu bestie nya si Adan setelah sekian lama. Mereka
langsung bermain sebagaimana anak-anak bermain (main HP dong). Sementara gue,
istri, dan ibu langsung antri mandi, kemudian makan malam dan berbincang dengan
Tante Handayani, Om Hamid, Ain & Iki di teras rumah dengan sisa-sisa energi
kami setelah menempuh perjalanan 4 jam. Lebih tepatnya sisa energi gue sebagai
supir. Fix.
Malam itu di Madiun menjadi hari ke 5 lebaran kali ini
yang gue & istri jalani. Kami mengakhiri percakapan dengan agenda rute perjalanan
silaturahmi ke keluarga di Madiun hari esok.
....
Akan dilanjutkan bagian II.
Comments
Post a Comment