"JALAN PINTAS POLITIK"
Barangkali bukan hanya gue yang belakangan ini merasa “kok tiba-tiba ada yang aneh ya pada demokrasi kita”. Hal itu ternyata sangat mengganggu di kepala gue setiap kali menyaksikan konten-konten di media sosial atau berita di media masa tentang proses politik dan demokrasi Indonesia saat ini. Dan sumpah rasanya ingin mengeluarkan umpatan jelek dan kasar dari mulut ini. Syukurnya gue tertolong dengan banyak istighfar. Hahaha.
Politik menurut gue memang sebuah jalan yang penuh teka-teki dalam membangun kepercayaan kepada siapapun dan kelompok manapun untuk bisa mendukung hingga berjalan bersama-sama dalam mencapai tujuannya. Sebagai warga negara bangsa Indonesia yang menganut sistem presidensial melalui proses demokrasi dalam menentukan pemimpin negara, kita WAJIB bertugas untuk memilih siapa yang layak dan ideal menjadi pemimpin kita. Nah, sayangnya saya melihat ada yang “membagongkan” dalam proses demokrasi terbaru kita saat ini. Hahaha.
Sesuatu yang “membagongkan” itu berasal dari salah satu cawapres yang membuat gue bertanya-tanya “loh kok dia bisa?” Wkwkwk. Lucu sekali, bagaimana bisa peraturan undang-undang tentang batasan usia yang tertulis minimal usia 40 tahun, bisa dilanggar melalui Mahkamah Konstitusi. Padahal yang memiliki tugas melakukan perubahan atas undang-undang adalah DPR. Hal itupun jika dilakukan DPR tentu butuh persetujuan dan proses yang tidak cepat dalam melahirkan perubahan Undang-undang baru (Terlampir UU nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang tidak ada revisi perubahan terhadapnya). Ini kok seperti orang-orang yang semalam habis nongkrong bareng kemudian besoknya lanjut jalan-jalan healing bareng karena merasa melakukan hal yang menyenangkan bagi mereka. Maka GASSSKAN kalo kata hits jaman sekarang.
Kemudian muncul pertanyaannya siapa yang salah atau apa yang salah dalam keanehan proses demokrasi saat ini ? jawaban menurut isi kepala gue sih yaa ego atau hawa nafsu atas ambisi kekuasaan.
Di saat inilah kita benar-benar telah dipertontonkan datangnya ujian seorang penguasa yang tidak ingin kehilangan kekuasaannya. Kalo dibuat drama film mungkin judulnya “Anakku harus Melanjutkan Tahtaku, Bagaimanapun Caranya”. Hahaha.
Bersama kita sedang menyaksikan drama privilege (hak istimewa) seorang anak atas ayah dan ibunya yang memiliki kekuasaan sebagai pemimpin. Mungkin bentuk kasih sayang ayah dan ibu kepada anak. Namun alangkah sayang dilakukan dengan cara yang salah karena ada batasan yang sangat jelas dilanggar. Atau mungkin juga kemauan anaknya sendiri yang ambisi ingin menjadi penguasa (?) Ya bisa jadi. Bisa jadi karena Ia tidak puas atas kekuasaan di daerah yang juga mungkin hasil privilege proses terpilihnya. Eh loh. Hahaha.
Menurut gue seharusnya ia banyak belajar dan bertumbuh lebih dahulu di wilayahnya. Bersabar dan membuktikan kualitas kepemimpinannya disana. Gue yakin hasil kerjakeras dan bukti nyata akan membuat banyak orang mempercayai dan mendukung orang tersebut. Sayangnya ia mengikuti hawa nafsu melihat adanya kesempatan untuk menjadi penguasa yang lebih. Mungkin.
Gue mendukung tentang diberikannya kesempatan memimpin oleh anak muda namun bukan dengan cara “jalan pintas politik” seperti yang kita tonton bersama dramanya saat ini. Sebab gue yakin dan percaya diluar sana telah banyak pemuda yang sudah digembleng, dididik, dibina, disiapkan, ditatar melalui pelatihan-pelatihan politik, demokrasi dan kepemimpinan dengan baik untuk bisa memperbaiki bangsa Indonesia ke depan. Sayangnya diantara yang banyak dan yang terbaik itu tidak memiliki privilege (hak istimewa) seperti mas cawapres ini. Hehehe.
Bersabarlah dan terus berjuang bagi kita semua yang punya cita-cita menjadi pemimpin namun tidak memiliki jalur privilage (hak istimewa) itu.
Hanya ingin melampiaskan sesuatu hal yang mengganggu di kepala. JANGAN LUPA HARI INI SENIN !
Rama Tantra.
Bagi masa depan Indonesia 2045
Hahaha.
Comments
Post a Comment