"NEPOTISME"
Agak lain emang, gue yang biasanya lebih suka nulis cerita komedi tapi belakangan pengen banget nulis hal-hal yang serius. Ntahlah. Apa mungkin gue yang sedang tidak bisa berdamai dengan keadaan negara saat ini (?) Mungkin saja.
...
Belakangan ini, isi kepala gue merasa terganggu dengan praktik Nepotisme. Sebab beberapa kali gue mendengarkan langsung kejadian-kejadian maupun pengalaman praktik Nepotisme dari orang-orang terdekat. Barangkali memang dari 3 praktik yang dilarang di negara kita yaitu Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau biasa disingkat KKN, poin terakhir adalah hal yang lebih sulit dicegah.
Bagaimana tidak, salah satu contoh nyatanya ada pada pemimpin negara api yang sangat dekat dengan kita. Ia dengan kuasanya bisa memudahkan segala urusan anaknya, menantunya dan anggota keluarga lainnya untuk mendapatkan posisi kerja yang strategis, sehingga bisa menguntungkan keluarga. Sungguh teramat memalukan.
Namun sesungguhnya gue yakin hal seperti itu sudah teramat sering terjadi di dekat kita. Hanya saja tidak terangkat ke permukaan publik. Tak hanya di lingkungan pemerintahan, namun di lingkungan swasta pun terjadi. Misal seorang CEO perusahaan besar bisa dengan mudah memasukkan adiknya, sepupunya, atau siapapun anggota keluarga ke dalam perusahaannya karena dialah yang berkuasa. Sehingga bawahannya pun tidak berani untuk mengkritik atau mempertanyakan mengapa hal tersebut terjadi. Gue tahu jawaban sederhannya pasti adanya ketakutan akan kehilangan pekerjaan yang sudah ia dapatkan dengan melalui proses panjang dan tidak mudah. Maka diam menjadi satu-satunya pilihan.
Kalopun ada yang berani mempertanyakan ataupun mengkritik pimpinan tersebut maka artinya ia sudah berani kehilangan posisi pekerjaannya. Keadaan ini menjadi bentuk pertarungan antara idealisme dengan rasa takut kehilangan posisi pekerjaannnya yang mungkin sudah menjadi zona nyamannya. Argh, Gue bisa bayangin perasaan tidak nyaman dan tidak mudah tuk dijalani jika hal itu terjadi ke gue.
....
Pengamalan lainnya.
Gue denger langsung dari temen deket gue sendiri (tidak mungkin gue tulis namanya haha). Bahwa di tahun 2016 setelah ia lulus kuliah sarjana nya, ia berada dalam situasi Nepotisme. Ia memiliki seorang paman yang saat itu punya jabatan sebagai pimpinan di salah satu instansi pemerintahan daerah. Singkat cerita, sang paman yang mengetahui ia baru saja lulus sarjana, langsung menawarkan ia untuk masuk kerja di instansi yang dipimpin pamannya tersebut. Gue inget banget kata-kata pamannya ke temen gue.
"Cari kerja sekarang tuh susah. Mumpung om punya posisi baik ini, silahkan diambil kesempatannya.."
Kata paman temen gue, kepada temen gue dari ceritanya. Bahkan ditutup dengan ucapan yang menurut gue sedikit mengancam.
"Kalo kamu gak mau ambil, om tidak mau membantu lagi. Berusaha sendiri mencari kerja. Jadi silahkan dipikirkan." kata paman temen gue yang menutup percakapan (berdasarkan ceritanya).
Mendengarkan cerita pengalaman temen gue itu. Semakin gue yakin bahwa praktik Nepotisme tuh sepertinya menjadi kebiasaan dan hal yang lumrah di negara ini. Bahkan terjadi atau dilakukan di wilayah paling kecil sekalipun. Sesederhana seorang bapak sebagai ketua panita pelaksana perayaan kemerdekaan 17 Agustus di lingkungan RT bisa mengajak istrinya dan anaknya untuk menjadi panitia. Karena ada keuntungan setiap panitia akan mendapatkan uang kompensasi lelah sebagai penyelenggara kegiatan yang tentu menguntungkan keuangan keluarga. Duh gusti.
Gue sungguh berharap Nepotisme ini tidak menjadi budaya di masyarakat kita. Akan tetapi bahayanya pemimpin negara api sudah terlanjur mencontohkan. Eh. Hikshiks.
....
Refleksi gue.
Gue menyadari bahwa posisi pemimpin yang memiliki kuasa atas banyak hal sesungguhnya seperti dua sisi yaitu baik dan buruk. Melakukan praktik Nepotisme adalah salah satu dari sisi buruk seorang pemimpin. Mempermudah orang lain untuk mendapatkan sesuatu, menjadikan orang lain tersebut malas bekerja keras dan jauh dari ketangguhan. Orang tersebut akan melewatkan banyak pembelajaran sebagai manusia yang harus bekerja keras, bersabar, berempati, berpikir kritis, menyelesaikan masalah, dan menjadi panutan yang baik bagi orang lainnya. Bahkan mungkin kehilangan hal-hal tersebut yang mempunyai nilai-nilai berharga bagi dirinya dan orang disekitarnya.
Lihat saja kasus-kasus pelaku praktik Nepotisme seringkali dijadikan bahan olok-olok masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan tidak ingin dijadikan panutan atau inspirasi bagi anak-anak maupun orang lain meskipun orang tersebut sukses. Hal itu karena pelaku praktik Nepotisme merusak nilai-nilai berharga pada dirinya sendiri.
....
Sebaliknya. Seorang pemimpin yang menolak praktik Nepotisme adalah bagian dari salah satu sisi baik. Tentu ia akan mendapatkan banyak dukungan masyarakat dan secara disengaja maupun tidak disengaja bisa menjadi inspirasi banyak orang lainnya.
....
Terakhir, temen gue yang ditawarin pekerjaan oleh pamannya tadi, menolak tawaran tersebut. Karena dia tidak ingin menjadi salah satu aktor pelaku praktik Nepotisme. Baginya Nepotisme membuat hubungan antar manusia tidak baik karena adanya rasa hutang budi yang terkadang membuat seseorang kebingungan dengan bagaimana cara membalasnya. Akhirnya terikat sampai mati. :")
Selamat 79 tahun Indonesia ! Tapi kali ini gue sedang males merayakannya. :")
Semoga gue bisa jadi pemimpin dengan Idealisme di masa mendatang. Aamiin
Comments
Post a Comment